Senin, 09 Januari 2012

ADA ISINYA

ADA ISINYA


' Kak Agun Yang Menjebol Keperawananku ' CERITA DEWASA

Posted: 09 Jan 2012 03:22 PM PST

CERITA DEWASA - Perawan gadis ini direnggut saat dia masih kelas 2 SMP. Darah Perawannya mengalir, membasahi sprei. Namun semua telah terjadi, tak bisa disesali lagi :



Sebenarnya aku dilahirkan menjadi anak yang beruntung. Papa punya kedudukan di kantor dan Mama seorang juru rias / ahli kecantikan terkenal. Sering jadi pembicara dimana-mana bahkan sering menjadi perias pengantin orang-orang beken di kotaku. Sayangnga mereka semua orang-orang sibuk. Kakakku, Kak Luna, usianya terpaut jauh diatasku 5 tahun. Hanya dialah tempatku sering mengadu. Semenjak dia punya pacar, rasanya semakin jarang aku dan kakakku saling berbagi cerita.

Saat itu aku masih SMP kelas 2, Kak Luna sudah di SMA kelas 2. Banyak teman-temanku maupun teman kakakku naksir kepadaku. Kata mereka sih aku cantik. Walaupun aku merasa biasa-biasa saja (Tapi dalam hati bangga lho.., he.., he..) Aku punya body bongsor dengan kulit putih bersih. Rambut hitam lurus, mata bulat dan bibir seksi (katanya sich he.., he..).

Saat itu aku merasa bahwa payudaraku lebih besar dibandingkan teman-temanku, kadang-kadang suka malu saat olah raga, nampak payudaraku bergoyang-goyang. Padahal sebenarnya hanya berukuran 34B saja. Salah seorang teman kakakku, Kak Agun namanya, sering sekali main ke rumah. Bahkan kadang-kadang ikutan tidur siang segala. Cuma seringnya tidur di ruang baca, karena sofa di situ besar dan empuk. Ruangannya ber AC, full music. Kak Agun bahkan dianggap seperti saudara sendiri. Mama dan orang tuanya sudah kenal cukup lama.

Saat itu hari Minggu, Mama, Papa, dan Kak Luna pergi ke luar kota. Mak Yam pembantuku pulang kampung, Pak Rebo tukang kebun sedang ke tempat saudaranya. Praktis aku sendirian di rumah. Aku sebenarnya diajak Mama tapi aku menolak karena PR bahasa Inggrisku menumpuk.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi derit rem. Aku melihat Kak Agun berdiri sambil menyandarkan sepeda sportnya ke garasi. Tubuhnya yang dibalut kaos ketat nampak basah keringat.
"Barusan olah raga…, muter-muter, terus mampir…, Mana Kak Luna?", tanyanya. Aku lalu cerita bahwa semua orang rumah pergi keluar kota. Aku dan Kak Agun ngobrol di ruang baca sambil nonton TV. Hanya kadang-kadang dia suka iseng, menggodaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian.
Aku protes, "Datang-datang…, bikin repot. Mending bantuin aku ngerjain PR". Eh…, Kak Agun ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku.

"Yess! Rampung!", aku menjerit kegirangan. Aku melompat dan memeluk Kak Agun, "Ma kasih Kak Agun". Nampaknya Kak Agun kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
"Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah" kata Kak Agun.
"Apa itu? Coklat?", kataku.
"Bukan, tapi tutup mata dulu", kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan surprise terpaksa aku menutup mata.

Tiba-tiba aku merasa kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat.
"Ugh…, ugh…", kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Agun.
"Alit…, nggak apa-apa, hadiah ini karena Kak Agun sayang Alit".
Rasanya aku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi. Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmati nya. Ciuman Kak Agun begitu lincah di bibirku membuat aku merasa terayun-ayun. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi yang jelas saat itu aku merasa beda. Rasanya hati ini ada yang lain. Kembali Kak Agun mencium pipiku, kedua mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya saat itu aku sudah mulai lain. Napasku satu persatu mulai memburu seiring detak jantungku yang terpacu. Kemudian aku diangkat dan aku sempat kaget!

"Kak Agun…, kuat juga". Dia hanya tersenyum dan membopongku ke kamarku. Direbahkannya aku di atas ranjang dan Kak Agun mulai lagi menciumku. Saat itu perasaanku tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Agun terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku. "Jangan…, jangan…, acch…, acch…", aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Terampil jemarinya menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku. Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis "ss…, ss…",. Tarian jemarinya membuatku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi. Kak Agun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, dan jemarinya, telapak tangannya mengguncang-guncang payudaraku, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesis-desis merasakan sesuatu yang nikmat. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku. Namun malahan membuatnya semakin liar. Tangan Kak Agun menelusup ke CD-ku.

Aku menjerit, "Jangan…, jangan…", aku berusaha menarik diri. Tapi Kak Agun lebih kuat. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba aku merasa nyaris terguncang, ketika dia menyentuh sesesuatu di "milikku". Aku menggelinjang dan menahan napas, "Kak Agun…, ohh.., oh…", aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dan penisnya telah berdiri tegang. Aku ngeri, dan takut. Permainan pun dilanjutkan lagi, saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak membalas namun aku menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.

Tiba-tiba aku kaget ketika ada "sesuatu" yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, "Uch…, uch…", aku menjerit.
"Kak Agun, Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan".
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. "Auuchh…", aku menjerit.
"Achh!", Terasa dunia ini berputar saking sakitnya. Aku benar-benar sakit, dan aku bisa merasakan ada sesuatu di dalam. Sesaat diam dan ketika mulai dinaik-turunkan aku menjerit lagi, "Auchh…, auchh…". Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Kak Agun secara perlahan menarik "miliknya" keluar. Kemudian dia mengocok dan memuntahkan cairan putih.

Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu Kak Agun memelukku dan menghiburku, "Sudahlah Alit jangan menangis, hadiah ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu".

Saat itu aku memang masih polos, masih SMP, namun pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah kegadisanku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya sayang sama Kak Agun tapi…, (Ternyata akhirnya dia kawin dengan cewek lain karena "kecelakaan"). Sejak itu aku jadi benci…, benci…, bencii…, sama dia.

CERITA DEWASA ' 3 Kali Orgasme Selingkuh Dengan Pak RT '

Posted: 09 Jan 2012 02:06 PM PST

CERITA DEWASA

Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.

Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu ..

Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..

Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.

Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.

'Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia', Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.
'Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya.
'Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya', Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.
'Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti'. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.

Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.

Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.

Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. 'Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?', sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an.
Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.
'Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..', walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh.
Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, 'Ooo, yyaa.. aku tahu ..', tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.

Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.

Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. 'Dik Maarr..', dia berbisik sambil menengok ke aku.

Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.

Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.

Sekali aku nyeletuk,
'N'tar dilihat orang Pak',
'Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam', aku percaya dia.
Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora,
'Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?', dia berbisik ..
'Kemana..?', pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..
'Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..'.
'Terserah Pak Parno.., Tapinya n'tar ditungguin orang-orang .., n'tar orang-orang curiga .. lho'.
'Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.', sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain 'sejam'??

Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.

Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.
Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan 'jalan-jalan dulu' Pak Parno ini.

Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya.

'Nyampai Dik Mar ..',
'Di mana ini Pak ..?', terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis 'motel' yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.
Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini..

Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku.

Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk.

'Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..', Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini.
Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing.

Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, 'Sini Dik Mar .. ', uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..'Sini Dik Mar', itu .. terasa sangat erotis di telingaku.

Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.

'Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..'.
Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.

Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee..

Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.

Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass ..

Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.

Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme.

Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.

Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. "Sperma" perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.

Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu.

'Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..', suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..

Sementara aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Parno terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang. Kulihat Mas Adit sedang sibuk di depan meja gambarnya, sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlod yang mungkin disebabkan salah tarik.

Mungkin semua ini hanyalah soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Adit yang sepanjang perkawinan kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat saja Pak Parno barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku. Sementara kamu Mas, setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu demikian cepat.

Sementara saat nafsuku tiba dengan menggelegak, Mas Adit sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang harus diselesaikan, si anu sudang menunggu, atau si anu besok mau pergi dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Adit yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan itu datangnya .. Sepertinya aku menunggu Godotku .., menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku ..

'Dik Marni capek ya ..', bisikkan Pak Parno membangunkan aku dari lamunan.
'Nggak Pak. Lagi narik napas saja .. Tadi koq nikmat banget yaa .., sedangkan Pak Parno belum ngapa-apain padaku .. Pakee .. Pak Parno juga hebat lhoo .. Baru di utik-utik saja aku sudah kelabakkan .. Hi hi hi ..', aku berusaha membesarkan hati Pak Parno yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini.

Rupanya Pak Parno hanya ingin nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Adit suamiku. Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Parno.

Pada usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Pak Parno memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho ini, aku lihat Pak Parno adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.

Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah .. kontolnya .. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain .. Kontol Pak Parno sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede, kontol itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin melahapnya.

Sesudah telanjang Pak Parno juga menarik pakaianku, celana jeansku yang sedari tadi masih di separoh kakiku, kemudian blus serta kutangku dilepasnya. Kini aku dan Pak Parno sama-sama telanjang bulat. Pak Parno rebah di antara pahaku. Dia langsung nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn .. Kenapa cara begini ini nggak pernah aku dapatkan dari Mas Aditt ..

Lidah kasar Pak Parno menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Parno dan jariku meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput lidah di lubang vaginaku itu.

Tak lama kemudian, Pak Parno memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Parno maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Parno, dan sebaliknya Pak Parno tidak kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Parno dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.

Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Parno sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku merangsang nafsu birahi Pak Parno tidak bisa terbendung.

Sesudah menurunkan kakiku, Pak Parno langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu kontol Pak Parno menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah .. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini .. Maafin aku Mas Adit ..

Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Parno itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran,

'Santai saja Mar, biar lemesan..', terdengar samar-samar suara Pak Parno di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
'Pakee .. Pakee .. ayyoo .. Pakee tulungi saya Pakee .. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee ..', kedengerannya aku mengemis minta dikasihani.
'Iyaa Dik Marr .. Sebentar yaa Dik Marr ..', suara Pak Parno yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.

Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Pak Parno menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya.

Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku ngrasain disentuh kontol Mas Adit. Dengan sisa ruang yang longgar, kontol suamiku itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya kontol Pak Parno mengisi rongga vaginaku saat ini.

Kemudian Pak Parno mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Parno menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat Pak Parno menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya.

Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Pak Parno mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan mata Pak Parno sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur, kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.

'Mirnaa .. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Mirr, enak yaa.. enak Mirr .. ayyoo bilangg enak mana sama kontol si Adit .. Ayoo Mirr enak mana sama kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..', Pak Parno meracau.
'Pakee .. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee .. Panjangg .. Uhh gedhee bangett .. pakee.. Enakan kontol Pak Parnoo ..'.

Posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dar mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Parno tampak berkilatan karena keringatnya. Dan hal itu membuat Pak Parno jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Parno yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku.

Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 2 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. hanya dari Pak Parno aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Oohh Pak Parnoo.. terima kasihh .. Pak Parno mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu .. 10 menit kemudian…
Dan kontol Pak Parno aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Parno berkali-kali muntah di dalam vaginaku.

Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan suamiku, Pak Parno. Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku pada Mas Adit. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Parno tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan dari Pak Parno yang sangat hebat.

Di motel ini aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama sebelumnya, yang hanya dengan gumulan, ciuman dan jilatan Pak Parno di ketiakku sembari tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku toh berhak mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Adit yang sangat egois.

Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, namun Pak Parno mengingatkan bahwa waktu bernikmat-nikmat yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Parno khawatir orang-orang rumah menunggu dan bertanya-tanya. Pak Parno mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami sanggupi pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya.

Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini sangat parah di siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan layang pada belokan jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa mulai dari pasar Cempaka Putih. Mobil Pak Parno serasa merangkak. Untung AC mobilnya cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami rasakan.

Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Parno tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual. Paduan kesabaran, tampilan ototnya yang kekar, postur tegap tubuhnya, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Parno tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya .. tapi .. Benar adilkah ..?

Ah .. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 3 kali. Sementara Pak Parno hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh ..adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Parno selanjutnya ..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi ..?
Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Parno apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??

'Pak, tadi puas nggak Pak..?', aku memberanikan diri untuk bertanya.
'Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas', begitu jawabnya.
Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap 'gentlemen'. Aku harus amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan celananya itu.
'Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??', sambil tanganku terus memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras.
Pak Parno diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.
'Hheehh ..dik Marr .. enak sekali tangan Dik Marr yaa..'.

Biarlah, biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..

'Pakee.. Aku pengin lagii ..', aku berbisik dengan setengah merintih.
'Kita cari waktu lagi Dik Mar .., gampang.., Dik Mar khan bisa bilang pada Mas Adit, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu'.
'Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..', sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Pak Parno melihat reaksinya.
'Boleehh ..', dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Parno berkonsentrasi.

Tanganku sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri tentunya.

Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Parno dari sarangnya. Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Parno mencuat keluar. Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. Dan pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww ..baru sekarang aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku.

Rupanya precum Pak Parno telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa menahan diri ..??

'Pak Parno pengin khan..??', kembali aku berbisik.
'Heehh .. Dik Mar mau bantu Pak Parno nih ..??', jawaban yang disertai pertanyaan balik.
'Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..', jawabanku enteng.
'Nggak begitu Dik Mar, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??'.
'Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak'.
'Dik Mar pernah mengisep punya Mas Adit khan?'.
'Ooo.. Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat punya Mas Adit rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..'.
'Kalau lihat punya saya inii.?', dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.

Masalahnya aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Pak Parno inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di motel, Pak Parno membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di atas tadi.

Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk berlaku mengimbangi apa yang telah dilakukan Pak Parno padanya. Dia telah menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Dan sekarang Pak Parno seakan menguji padaku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu di mulutku ..

'Dik Mar, sperma itu sehat lhoo, bersih, steril.. dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Parno ini pasti sedap kalau Dik Mar mengulumnya.. ', aku sepertinya mendengar sebuah permohonan.

Aku kasihan juga pada Pak Parno. Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh beberapa waktu yang lalu. Dan kini saat aku sudah berada disampingnya harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol indah Pak Parno. Yaa.. benar-benar indah..apa artinya indah itu .. Kalau memang itu indah ..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan kalau aku menyukainya .. mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan lihat precum itu.. Juga indah khan, bening, murni, dan mungkin juga wangi ..dan asin .. Dan.. Banyak lho yang sangat menyukainya .., menjilatinya, meminumnya ..

Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Parno yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan .. Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Parno. Yaahh .. asinnya yang begitu lembutt..
'Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..', kepalaku dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol Pak Parno di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Parno sedikit memundurkan tempat duduknya.
'Dik Marr .. Terus Dik Marr .. Kamu pinter banget siihh .. uuhh Dik Marr..', aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu .. kujilati habis-habisan ..
'Marr.. enak bangett .. akau mau keluar nihh Dik Marr .. Aku mau keluar nihh ..', aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum bisa menerimanya.

Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke mulutku. Dan lelaki itu adalah Pak Parno, yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini, semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.

Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan gede panjang milik Pak Parno itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi kedutan-kedutan kontol Pak Parno dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Kontol Pak Parno memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Parno tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya.

Sperma Pak Parno berleleran di pipiku, daguku, bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Parno masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa terkuras keluar. Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman pertama nyeleweng ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal baru yang sangat sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti, hal-hal itu nggak mungkin aku dapatkan dari Mas Adit, suamiku tercinta.

Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar Senen oleh Pak Parno. Sungguh aku keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Parno bagiku. Aku berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi itu.

Saat aku turun dari taksi sesampai di rumah, Mbak Surti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada temen yang lain aku bilang banyak bahan yang aku cari stoknya habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Parno. Mungkin sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai.

Aku pamit pulang sebentar, untuk menengok rumah. Mas Adit belum pulang. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibirnya. Mungkin jembut Pak Parno tersangkut saat kontolnya keluar masuk menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.

Lebih Nikmat ML Sama Pa Yanto Dari Pada Suaimiku

Posted: 09 Jan 2012 04:26 AM PST




"Adduuuhhh....Sakit Kang …pelan-pelan masukkinnya …" Aku pura-pura merintih kesakitan saat suamiku melakukan penetrasi pertama kalinya di malam pengantin kami.

"Akkkhhhhh ….Sakit sekali Kang ….aduuhhhhh …" Kembali aku pura-pura menjerit kesakitan ketika penis suamiku sudah setengah jalan sambil tanganku mencakar punggungnya.

Akhirnya aku bisa merasa lega setelah aku merasakan adanya rembesan cairan yang keluar dari liang senggamaku. Supaya kesannya liang senggamaku masih sempit seperti anggapan laki-laki kebanyakan tentang perawan, aku menahan kontraksikan otot-otot vaginaku selama mungkin. Aku tidak mau memakai jamu-jamuan untuk bikit "rapet" vagina karena akan membuatku kesakitan beneran saat penetrasi.

Untunglah semuanya akhirnya berjalan lancar, suamiku bisa menunaikan tugas pertamanya dengan baik walaupun aku tidak bisa mendapat orgasme yang karena mungkin aku terlalu berkonsentasi pada akting perawanku. Tapi yang paling penting dia tidak curiga aku sudah tidak perawan lagi karena selain aku berpura-pura belum pernah bersetubuh tapi juga ada "bukti nyata" berupa darah perawan yang berceceran di seprei.

Aku memang sudah tidak perawan lagi waktu menikah, keperawananku sudah diambil bossku dari kantor tempat aku bekerja saat kami berdinas di luar kota kurang lebih setahun sebelumnya. Beliaulah yang mengatur strategi buatku supaya aku bisa melewati malam pertamaku dengan "mulus" sehingga ketidak perawananku tidak mengganggu awal rumah tangga baruku.

Dari beberapa opsi yang beliau ajukan supaya aku terlihat perawan lagi di malam pertama, aku mengambil opsi synthetic hymen yang lebih praktis dibandingkan operasi plastik selaput dara. Aku minta untuk dibelikan synthetic hymen sebanyak yang memungkinkan supaya aku bisa berlatih dulu sampai fasih supaya calon suamiku yang sangat pecemburu tidak curiga. Inti latihannya adalah memasang synthetic hymen dengan tepat dan tidak mencurigakan karena kesempatannya hanya satu kali saja. Kemudian belajar pura-pura merintih kesakitan saat (calon) suamiku melakukan penetrasi pertama, baik awal kepala penis masuk maupun saat "selaput dara" mulai robek. Terakhir adalah belajar mengkotraksikan otot-otot vagina untuk member kesan liang senggamaku masih sempit.

Tentu saja aku meminta bantuan bossku itu untuk "memerawani" aku lagi berkali-kali dengan menggunakan synthetic hymen tersebut sampai aku benar-benar percaya diri untuk melakukannya sendiri. Bossku memasang kamera yang merekam setiap adegan latihan tersebut supaya bisa kami bahas sesudahnya. Setiap latihan "malam pertama" ini dilakukan dengan lengkap, mulai dari melakukan fore play sampai bossku ejakulasi. Aku harus melatih menjaga reaksiku seperti benar-benar baru pertama kali bersetubuh, bukan sebagai wanita yang sudah sangat berpengalaman dalam berhubungan badan. Untungnya aku dan suamiku sering melakukan petting waktu pacaran, sehingga aku tidak perlu belajar berpura-pura malu telanjang dihadapan dia.

Akhirnya aku merasa benar-benar lancar melakukannya setelah 7 kali latihan ditambah satu kali "gladi resik" yang semuanya kami lakukan dalam 2 minggu sebelum hari perkawinanku.


Namaku adalah Rina, saat cerita ini terjadi umurku sudah 32 tahun, masih single dan masih perawan tapi rencananya tahun depan aku mau menikah dengan tunanganku yang sudah kupacari lebih dari enam tahun. Walaupun masih perawan, pengalamanku tentang seks sudah tidak awam lagi karena dua tahun terakhir ini aku dan tunanganku cukup aktif melakukan petting hampir pada tiap kesempatan untuk bercumbu. Kami biasa melakukannya di tempat kos tunanganku setelah aku dijemputnya dari kantor.

Sebenarnya cukup risih juga melakukannya di sana karena teman-teman kosnya melihatku seperti perempuan murahan setiap kami melewati mereka. Tapi aku tidak punya pilihan tempat untuk melakukannya karena aku benar-benar seperti sudah ketagihan, sehingga sering kali aku duluan yang memintanya. Kata orang nafsu seksku sangat besar karena aku memiliki payudara yang besar dan bulat walaupun demikian tetap proporsional terhadap ukuran tubuhku yang sedang-sedang saja. Besarnya payudaraku juga didukung oleh dagingnya yang padat dan kenyal sehingga membuat dadaku seperti selalu membusung dan menantang yang membuat setiap laki-laki ingin meliriknya.

Meskipun kami sudah melakukan ratusan kali petting, tapi aku tetap bisa mencegah dan menolak tunanganku melakukan penetrasi. Aku tidak punya kepercayaan penuh bahwa dia akan menikahiku kalau aku sudah menyerahkan keperawananku padanya. Selama ini dia sudah beberapa kali mengundurkan rencana perkawinan kami dengan berbagai alasan sehingga membuat hubungan kami juga sering putus nyambung. Alasannya yang paling sering digunakan adalah karena aku masih bekerja dan terikat kontrak kerja dengan perusahaanku. Dia selalu bilang bahwa dia ingin aku menjadi ibu rumah tangga saja karena dia sanggup mencari nafkah buatku walaupun sampai sekarang belum benar-benar bisa dibuktikan.

Aku bekerja di sebuah perusahaan teknologi IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf bidang marketing untuk membantu direktur utama. Pak Yanto adalah atasan langsungku yang selain sebagai direktur utama juga sekaligus merupakan salah satu pemilik perusahaan. Beliau seorang laki-laki berbadan tinggi besar (tinggi sekitar 180an cm dan berat badannya lebih dari 100Kg), berumur 44 – 45 tahun. Berpenampilan cukup gagah dengan kumis dan janggut tebal yang sudah dihiasi uban yang justru menambah wibawanya. Satu hal yang sering jadi bahan obrolan staf-staf wanita di kantor tentang bossku ini adalah bulu tangan dan kakinya yang lebat yang membuatnya terlihat sangat seksi buat kami kaum hawa.
Sebagai stafnya pak Yanto tentu saja kami sering bertemu, baik dalam rapat-rapat marketing maupun saat aku menghadap beliau untuk menerima atau melaporkan tugas-tugasku. Salah satu kebiasaan pak Yanto yang sering membuatku risih adalah beliau tidak segan-segan memandang ke arah dadaku dengan pandangan kagum dan seolah-olah ingin melihat ke dalamnya. Beliau juga suka melihat ke arah selangkanganku saat aku memakai celana panjang ke kantor. Daging di sekitar vaginaku memang sangat tebal dan gemuk sehingga kalau memakai celana panjang yang agak ketat selangkanganku terlihat menonjol seperti halnya tonjolan penis pada celana laki-laki. Tapi untuk hal-hal di luar itu beliau sangat santun, sopan dan selalu bersikap gentle terhadap staf-stafnya, bahkan sama sekali tidak pernah menepuk atau memegang tubuh staf wanitanya.

Seperti halnya beberapa staf wanita lainnya, diam-diam aku sering mengagumi beliau dan mengidolakannya sebagai pria idaman yang ingin kami jadikan sebagai kriteria suami atau yang ingin suaminya seperti beliau. Kadang-kadang beberapa staf yang sudah menikah suka bergunjing membayangkan bagaimana 'pelayanan' pak Yanto di ranjang yang mereka anggap selain 'hebat' juga akan segentle sifatnya. Mereka suka membandingkan dengan suami mereka rata-rata hanya main tabrak lari saja saat berhubungan intim.
Di kantor memang beredar gossip bahwa ada 2 - 3 orang karyawan wanita mulai dari level staf biasa sampai manajer yang tidur dengan beliau secara teratur. Mereka ada yang statusnya masih single maupun yang sudah menikah saat diajak tidur oleh beliau. Menurut gossip juga, staf wanita yang dipilih akan ditidurinya adalah dengan membawanya dalam perjalanan dinas hanya berdua dengan beliau. Sebagai staf yang masih single tentu saja aku hanya jadi pendengar, tetapi aku menjadi suka mengkhayalkan perbandingan antara melakukan petting dengan tunanganku dan kalau seandainya melakukan petting dengan pak Yanto saat diajak dinas bersamanya.

Dalam beberapa hari ini aku mendapat tugas mengikuti short course dan workshop di sebuah institut manajemen di Jakarta Selatan yang berlangsung seminggu penuh. Aku juga tahu bahwa pada saat yang sama pak Yanto sedang ada di Jakarta untuk beberapa urusan yang memakan waktu sekitar 2 – 3 hari. Biasanya beliau menginap di hotel bintang 5 di bilangan Mega Kuningan tentu saja tidak sama dengan hotelku menginap yang berada di bilangan Jakarta Selatan.

Tapi terjadi peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu pada akhir short course hari pertamaku bossku muncul dan mengajakku jalan-jalan dan menemaninya makan malam. Institut tempat short courseku memang merupakan sekolah beliau mengambil S2 dan beliau biasa mampir ke sini.

Aku sih senang-senang saja, walaupun rada deg-degan juga karena aku akan jalan hanya berdua dengan pria yang aku kagumi dan untuk pertama kalinya bukan untuk urusan pekerjaan. Pak Yanto juga sedikit berbeda dari biasanya karena sekarang beliau kadang-kadang memegang tanganku pada saat yang memang diperlukan, seperti menyebrang jalan atau menerabas kerumunan orang. Tapi lama kelamaan aku menjadi merasa nyaman dengan hal tersebut sehingga sering dengan sengaja aku tidak melepaskan tangannya lagi walaupun sebenarnya sudah tidak perlu lagi. Jadilah kami berjalan-jalan sambil bergandengan tangan, kadang-kadang malah aku menggelendot agak manja seperti yang sedang pacaran.

Malamnya aku dikembalikan ke hotelku tanpa ada kejadian istimewa apapun dan tanpa ada janji dari beliau untuk bertemu lagi esok harinya. Aku sempat berpikir apakah aku bukan teman kencan yang menyenangkan buat beliau sehingga hari ini terlewat begitu saja tapi mungkin saja memang beliau hanya sedang butuh teman jalan-jalan.

Hari kedua atau hari Selasa beliau kembali beliau muncul menjemputku, kali ini selain makan malam beliau juga ingin ditemani menonton di bioskop. Pada 'kencan' di hari ke dua ini, aku sudah tidak ragu-ragu lagi untuk berinisiatif memegang tangan beliau duluan. Beliaupun 'mulai berani' merangkul pundakku saat berjalan atau memeluk pinggangku dari belakang dengan kedua tangannya ketika antri tiket bioskop. Walaupun hal itu membuatku jadi merinding dan panas dingin, tetapi aku sangat suka sekali diperlakukan seperti itu oleh beliau. Sebagai pamungkas di malam itu, saat beliau mengantarkanku kembali ke hotel beliau mencium pipiku serta berjanji akan menjemputku kembali esoknya. Aku pun membalasnya dengan kecupan sekilas pada bibirnya sebagai tanda aku sudah menerima beliau lebih dari sekedar teman biasa ataupun sebagai bossku.

Malam itu aku pikiranku melayang ke mana-mana dan kalau gossip itu benar artinya aku sedang dipilih sebagai "salah satu wanitanya". Perasaanku campur aduk, tetapi anehnya aku merasa sangat senang bahkan bahagia menjadi wanita pilihan beliau. Bahkan aku sudah berandai-andai bagaimana cara memulai percakapan yang akan dipakai beliau untuk mengajakku bercumbu.
Hari Rabu aku sudah siap menunggunya dengan mengenakan rok yang rapi seperti yang biasa aku pakai kalau aku mau berkencan dengan tunanganku. Pak Yanto kali ini mengajakku makan malam di tempat yang romantis di restoran yang letaknya di lantai paling atas salah satu gedung tinggi di Jakarta. Setelah dari sana, beliau mengajakku ke daerah utara Jakarta untuk menikmati pemandangan pantai di malam hari dan untuk pertama kalinya kami berciuman di dalam mobil. Pak Yanto sangat pandai dalam berciuman sehingga membuatku sangat terhanyut sampai aku sempat berharap beliau melanjutkannya dengan petting saat itu juga di mobil. Tapi beliau benar-benar hanya menciumi bibir dan memelukku saja, bahkan meraba-raba tubuhku pun tidak beliau lakukan. Kami kembali berciuman di area parker hotel tempat menginapku dan aku mengira beliau akan ikut ke kamarku, tapi kembali tebakanku meleset …

Malam itu tidurku sangat gelisah karena gairah birahiku yang sudah dibangkitkan oleh beliau tidak bisa tersalurkan seperti biasanya. Padahal gairah yang aku alami sekarang jauh lebih besar dari gairah yang aku rasakan kalau sedang bercumbu bersama tunanganku karena merupakan akumulasi dari malam sebelumnya. Tapi aku juga agak bersyukur pak Yanto hanya menciumku karena sebenarnya aku agak takut beliau akan meminta lebih dari melakukan petting yaitu berhubungan badan dan aku tak yakin bisa menolaknya.
Hari Kamis, hari pertama workshop di mana giliran kelompokku hanya ½ hari dan seperti sudah tahu jadwalku pak Yanto sudah menunggu di kantin kampus untuk mengajak makan siang di luar. Saat melihatnya aku sangat gembira karena sejak pagi tadi aku memang sangat kangen kepada beliau. Aku langsung menarik-narik beliau untuk bergegas menuju mobil supaya aku bisa segera melepas kangenku. Baru saja bibir kami saling menempel, pak Yanto melihat satpam kampus yang berpatroli ke arah mobil kami sehingga pelampiasan kangenku menjadi tertunda. Kembali aku mengalami kebuntuan penyaluran gairahku tepat pada saat seharusnya meledak.

Sambil membawa mobil keluar dari parkiran, pak Yanto bilang padaku bahwa setelah makan siang, kami akan mampir dulu ke hotel tempat dia menginap sambil menunggu tibanya waktu untuk jalan-jalan menjelang sore harinya. Aku sih senang-senang saja karena setidaknya kami punya waktu dan tempat private untuk berduaan sebelum jalan-jalan lagi.
Siang itu kami makan siang di restoran yang seluruh menunya adalah olahan daging kambing dan domba. Aku memesan steak kambing yang cukup besar dan jus buah tetapi menggunakan campuran susu kambing juga. Pak Yanto sendiri memilih memesan sate kambing muda dan beberapa masakan tradisional lainnya. Karena aku sudah tidak sabar ingin melepas kangen di kamar hotelnya beliau, kami tidak berlama-lama di sana dan segera menuju Mega Kuningan.

Di dalam mobil aku mulai merasa tubuhku agak panas tetapi aku tidak terlalu pedulikan. Aku lihat sambil menyetir pak Yanto menelan pil dan memberikan pil yang lain ke padaku yang langsung aku telan juga. Beliau bilang pil ini untuk mengurangi kolesterol dari masakan olahan daging kambing tadi tapi meskipun demikian pil itu justru membuat badanku semakin terasa panas. Tak lama kemudian kami sampai di hotelnya pak Yanto dan sambil bergandengan tangan kami berjalan menuju kamarnya beliau.

Begitu masuk ke dalam kamar, aku langsung memeluk pak Yanto dan menciuminya dengan gemas. Setelah memastikan pintu terkunci dengan baik, beliau lalu balas memelukku dan menciumku dengan tak kalah hangatnya. Walaupun sudah berada berduaan saja di dalam kamar, beliau tidak bertindak seperti yang aku bayangkan tentang laki-laki yang suka memanfaatkan keadaan. Aku coba melakukan beberapa isyarat yang paling memungkinkan karena aku tidak mau disebut tidak sopan oleh beliau, seperti meremas dengan halus buah pantatnya atau menggesek-gesekkan badanku dan pahaku ke penisnya. Semua usaha itu bukan hanya tidak mendatangkan hasil, malahan membuatku menjadi kelimpungan sendiri akibat gairahku yang semakin meninggi.
Setelah puas berciuman, aku segera melepaskan diri dan duduk di kursi sambil meminum air putih untuk menenangkan diri. Sedangkan pak Yanto mengeluarkan notebooknya dan menatanya di meja kerja yang tersedia di kamar tersebut. Sambil menunggu, aku kemudian menyalakan TV dan memijit-mijit remote untuk berpindah saluran dari yang satu ke yang lain sambil melamun.
Entah kenapa aku merasa badanku kembali makin panas, bukan seperti panas karena demam tapi panas seperti aku habis berolah raga karena nafasku juga memburu dan jatungku berdebar dengan lebih kencang. Aku juga merasa putting susuku semakin keras dan menjadi lebih sensitif bahkan terhadap BH yang aku pakai. Demikian juga dengan vaginaku yang terasa lebih lembab seperti keluar keringat dari sana. Hal yang seperti ini biasanya kurasakan saat aku sedang dilanda gairah berahi kalau bercumbu dengan tunanganku. Aku menjadi gelisah karena campur aduk antara rasa malu sekaligus rasa frustasi karena berahiku tidak bisa tersalurkan.

Perubahan yang terjadi padaku rupanya tak luput dari perhatian pak Yanto yang segera menghampiriku sambil memegang tangan dan kepalaku.
"Rina, apakah kamu sakit ?" Tanyanya sambil mengusap-usap keringat yang ada di sekitar keningku.
"Ga tau Pa, tiba-tiba saja badan Rina jadi terasa panas" Jawabku dengan gelisah.

"Mungkin karena tadi makan steak daging kambing, karena Rina memang jarang sekali makan daging kambing sudah bertahun-tahun" Lanjutku semakin gelisah sambil membuka blazerku dan sepatuku.
"Coba kamu baringkan dulu di tempat tidur…" Katanya sambil mencoba membantuku untuk bangun dari kursi.
Aku coba bangun tetapi rasanya badanku lemah sekali hampir tidak ada tenaga sehingga akhirnya terjatuh kembali ke kursi. Pak Yanto lalu mencoba membantuku dengan cara melingkarkan tangan kiriku ke bahunya dan tangan kanannya melingkari pinggangku sambil mengangkat badanku bangun. Dengan disangga seperti itu aku berhasil bangun dari kursi, tapi kembali hampir terjatuh saat mulai melangkah. Melihatku seperti itu pak Yanto lalu menyuruhku memeluk lehernya supaya dia bisa mengangkat tubuhku untuk dibopong ke ranjang.
Pada saat dibopong aku merasakan sesuatu yang lain, badanku merasa lebih nyaman dalam pelukan pak Yanto yang sedang membopongku. Karena itulah aku tidak mau melepaskan pelukanku pada lehernya saat pak Yanto akan membaringkanku di tempat tidur. Akibatnya pak Yanto malah ikut-ikutan tertarik ke tempat tidur dan jatuh menindihku. Saat itu wajah kami menjadi sangat berdekatan sehingga aku bisa merasakan hangatnya nafasnya. Tanpa berpikir panjang lagi aku mencium bibir pak Yanto yang kemudian membalas ciumanku dengan tak kalah hangatnya dan akhirnya kami berciuman dengan mesra sambil berpelukan di atas ranjang.

Saat berciuman di atas ranjang, mau tak mau tubuh pak Yanto yang menindihku bersentuhan langsung dengan tubuhku. Hal ini rupanya mulai membuat beliau menjadi tidak "jinak" lagi, tangan beliau mulai menyusuri tubuhku dan meremas atau mengelus-elus apapun yang ditemuinya walaupun masih tertutup oleh pakaian. Pinggulnya juga digerak-gerakkan supaya bisa bergesekan dengan bagian bawah tubuhku.

Lama-kelamaan ciuman kami semakin brutal … Kedua kakiku aku tekuk ke atas supaya bisa menjepit pinggang beliau, akibatnya rok yang aku pakai tersibak dan tertarik ke atas perutku membuat kedua paha sampai ke celana dalamku menjadi terbuka. Tangan pak Yanto juga kini secara bergantian meremas-remas payudaraku dari luar kemejaku atau mengelus-elus pahaku sampai ke selangkangan. Dengan sengaja aku menggerak-gerakkan pinggulku agar vaginaku yang mulai lembab dibalik celana dalamku bisa bergesekan dengan penis pak Yanto yang kurasakan sudah mengeras di balik celana panjangnya sejak dari mulai menindihku.

"Paaa… Rina ingin bercumbu dengan Bapaaa …Rina ingin petting sampai puas dengan Bapaaa…" Tanpa malu-malu aku meminta pak Yanto mencumbuku seperti yang biasa aku katakan ketunanganku kalau aku ingin mengajaknya petting.

Pak Yanto kemudian mulai melucuti bajuku terlebih dahulu tanpa perlawanan sama sekali sehingga akhirnya aku tergolek telanjang bulat di ranjang bossku sendiri. Bukannya merasa malu, malah sambil menunggu pak Yanto yang sedang membuka bajunya, aku meremas-remas payudaraku dan mengelus-elus vaginaku dengan tanganku sendiri sampai mengeluarkan suara desahan karena rangsanganku sendiri.

"Ahhhhhh….ohhhhhh….ohhhhh….ohhhhh…" Aku mendesah sendiri dengan mata setengah terpejam dan menaik-turunkan pinggulku seirama dengan gerakan tanganku mengelus-elus vaginaku.
Tak lama kemudian pak Yanto datang langsung menindihku dan menggumuliku dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Penisnya yang sudah tegang digesek-gesekkannya ke bibir vaginaku sedangkan bibirnya bukan hanya menciumi bibirku saja tapi juga kuping, leher dan putting susuku.

"Ohhhhhh …bapaaaa…ohhhh …..mpppphhhhhhhh…ahhhhh…..uhhhhh…." Tanpa henti-hentinya aku mendesah, melenguh dan mengerang sambil memanggil-manggil bossku.
"Aduuhhhh ….sakit paa…uhhhhhh….ohhhhhhh…" Aku sedikit mengaduh saat kepala penis pak Yanto mulai mendesak-desak ke dalam lubang senggamaku
"Ss..saya …ma..masih …pe..perawan paaa…. t..tolong …paa…" Rintihku memohon belas kasihnya.

Saat itu muncul rasa takutku akan kehilangan keperawananku karena ternyata aku tidak punya nyali yang cukup untuk menolak pak Yanto melakukan penetrasi. Tapi saat ini jangankan "melawan" pak Yanto, aku sendiri masih kesulitan mengendalikan gairah berahiku sendiri untuk berpikir jernih. Apalagi pak Yanto sangat pintar dalam bercumbu sehingga dalam keadaan normalpun ada kemungkinan besar aku tidak akan kuat juga menahan "gempurannya".

"Aduuuuhhhhh….jangan dimasukin paaaa….saya belum pernah….ohhhhhh…ohhhhhh" Kucoba kembali mengingatkan beliau bahwa aku masih perawan.

Ketika itu sedikit kesadaranku muncul, kulihat pak Yanto sedang berlutut di selangkanganku yang sudah beliau kangkangkan lebar-lebar dengan kedua kakinya. Penisnya ditekan keluar masuk liang senggamaku denga bantuan tangan kanannya. Sekilas aku lihat di kepala penisnya sudah ada lumuran cairan merah segar walaupun belum begitu banyak, apakah itu darah perawanku ?

"Adduuuduuuuuuhhhhhhhh….sakiiiiiiit paaaaaa….auhhhhhhhh…paaaaa….." Rasa sakit itu akhirnya mengalihkan pikiranku karena kurasakan kepala penisnya pak Yanto sudah mulai memasuki liang senggamaku lebih ke dalam bukan lagi di bibirnya saja seperti sebelumnya.

Walaupun vaginaku sudah sangat basah, tetapi akibat rasa sakit yang kualami menjadikan otot-otot vaginaku berkontraksi sehingga liang senggamaku menjadi lebih kaku dan sempit karena tegang. Melihat hal itu pak Yanto lalu membungkukkan tubuhnya untuk memeluk dan menciumi aku dengan tetap menjaga posisi penisnya pada kedalaman yang sudah dicapainya sekarang.

"Rina sayang …kasih saya jalan untuk masuk sayang …" bisik pak Yanto di telingaku sambil terus menciumi aku.

Dengan telaten pak Yanto terus mencumbuku sambil mengelus-elus hampir seluruh tubuhku untuk meredakan keteganganku sekaligus mengembalikan gairah berahiku.

"Ohhhhhh …..paaaa….Rina sayang bapaaa….." Racauku saat aku mulai mengendurkan kontraksi otot vaginaku.

BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ……….
Pak Yanto tidak menyia-nyiakan "kesempatan" yang aku berikan dengan langsung memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam liang senggamaku hingga sampai kepangkalnya dalam satu genjotan.

"AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………" Aku mengerang dengan keras antara sakit dan rasa nikmat yang luar biasa baru bagiku.

"Bapa jahat …Rina sakit sekali…" Aku merengek manja

Pak Yanto sama sekali tidak menghiraukan hal itu dan beliau mulai memompa penisnya keluar masuk di liang senggamaku.

"Ohhh…ohhh…ohhh…adduuuuuhhh….ohhh…ohhh…ohhh…ohhh…" Desahku menyambut pompaan penis pak Yanto.

Pak Yanto menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan kadang-kadang berputar dengan irama yang berubah-ubah dari lambat menjadi cepat kembali ke lambat dan seterusnya. Gelombang nikmat secara bergantian melandaku sehingga kadang-kadang aku seperti kehilangan kesadaran dan tidak memikirkan hal lain selain persetubuhan itu sendiri.

"Bapppaaaaa…oohhhh….enaaakkk…sekaliiii…paaaa….ahhhhh… terus…paaa…Rinaaa …sukaaa.. sekali ….aaahh" Aku kembali meracau nikmat.

CROK…..CROKK….CROK….CROKKK…..CROKK…..suara penis yang memompa di vagina yang sudah becek mulai terdengar dengan keras.

Payudaraku berguncang-guncang dengan keras, tanganku mencakar-cakar punggung beliau sambil memalingkan kepalaku ke kiri dan ke kanan bergantian karena nikmat yang luar biasa.

CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK

Genjotan penis pak Yanto semakin cepat dan keras sedangkan vaginaku semakin becek. Kurasakan kasur dan sprei di bawah pantatku sudah sangat basah oleh cairan yang aku keluarkan.

"OOOOOooooohhhhhhhhhhh ….R…Ri..ina…su ..sud..dah mau …sampe …paaa" Kataku saat gelombang nikmat yang melandaku semakin besar.

"Euhhh…euhhh….euh…OOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHH" Badanku bergetar dengan keras saat mengalami orgasme pertamaku dari penetrasi penis seorang pria.

"Ennngggggghhhhhhhhh ….." Aku mengerang pelan sambil menggigit-gigit jari telunjukku.

Untuk sejenak aku seperti orang yang kehilangan kesadaran, pikiranku hanya terfokus untuk merasakan kenikmatan luar biasa yang baru pertama kalinya kualami.

Aku mulai tersadar kembali saat merasakan ciuman dan kecupan pak Yanto pada kuping, leher dan putting susuku. Beliau tetap memompakan penisnya pada liang senggamaku dengan irama yang teratur walaupun tidak secepat sebelumnya, untuk menjaga gairah kami berdua.

"Euhhh……………euh……..euhhh…….euhhh" aku mulai mengeluarkan suara lenguhan lagi.

Pak Yanto menaikkan frekuensi pompaannya tetapi masih dengan kecepatan yang sama.

"Uuuuuhhhhhh….Uhhhhhh…Uhhhhhhh….Uhhhhhh" Lenguhanku makin keras dan panjang.

CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK… Vaginaku sudah becek lagi

"Bapaaaaaaaa…. Ohhh….ohhhh….ohhhh….ohhhhhh….enak sekali paaaaa….ohhhhhhh"

CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK

"AHHHHH……..AHHHHHHHHH……AHHHHHH……..Ohhhh….Ohhhhhhhh"

Aku hanya bisa melolong-lolong nikmat dengan semakin cepatnya pompaan penis beliau.

Pak Yanto merubah posisinya menjadi berjongkok di depan selangkanganku dan menaikkan kedua kakiku ke bahunya. Pompaan penisnya sekarang menjadi sangat panjang dan dalam seolah-olah akan mengobrak-abrik rahimku.

"OOOOOOOOHHHH…….euhhhh……..OHHHHHHHHHH….OHHHHHHHHHHHH…."

Kembali hanya lolongan nikmat yang bisa kuperdengarkan.

"Aduhhh Bapaaaa…..Rina ini diapaiiinnnnn….nikmat sekaliiii …..ohhhh….ohhh…." Aku mulai meracau.

Kedua tanganku tidak bisa lagi memeluk pak Yanto, sehingga akhirnya aku hanya bisa mencakar-cakar seprei atau meremas-remas bantal penyangga kepalaku.

"AARRRRHHHKKKKKKK …… RINA SUDAH GA TAHAAAAN ….." Aku menjerit nikmat sekali lagi saat orgasme keduaku datang

"Se…se..bentar Rin…ss..ssa..ya juga sudah mau keluaaarrrr…" Kata pak Yanto dengan sedikit terbata-bata.

Kurasakan gerakan penisnya pak Yanto sudah tidak teratur lagi dan lebih sering berlama-lama di dalam setiap kali pompaan masuk. Penis beliau mulai berdenyut denyut dan kurasakan tubuhnya mulai bergetar keras.

"AHHHHHHHHH …..saya kke …ke..keluarrrrrr" Pak Yanto berteriak tertahan

SROTTT….SROOOOOOOT….SRROOOOT…crot…crot…crot…

Kurasakan ada semprotan cairan hangat membanjiri ke dalam rahimku melengkapi kenikmatan orgasme kedua yang aku alami.

Mataku berputar hingga kelihatan putihnya saja sambil mencoba menikmati sisa-sisa gelombang kenikmatan yang pelan-pelan menyusut. Ketika pandanganku sudah pulih, kulihat pak Yanto sedang menciumi payudaraku dan putting susunya. Melihatku sudah "kembali" pak Yanto lalu mencium bibirku dengan lembut.

"Udah enakan sayang …" bisiknya

"Enaaak sekali pa…" Kataku dengan tersenyum malu .

Kami lalu berciuman dan berpelukan sambil bergulingan di tempat tidur untuk melepaskan sisa-sisa gairah dan birahi yang masih ada.

Setelah berahi kami mereda, pak Yanto mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dari kamar mandi Hotel. Dengan telaten beliau membersihkan noda-noda darah, cairan vaginaku dan juga air mani beliau yang keluar lagi dari liang senggamaku.

"Uhhhhhhhhh….." Aku melenguh pelan merasakan nikmatnya gesekan handuk hangat pada daerah vagina dan selangkanganku yang dilakukan dengan penuh perhatian oleh pak Yanto.

Begitu beliau selesai membersihkanku, aku ulurkan kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda aku ingin dipeluknya. Pak Yanto kemudian menindihku lagi lalu kami saling berciuman dan berpelukan seolah-olah tidak ingin saling melepaskan yang lainnya. Tidak tahu berapa lama kami berciuman akhirnya aku tertidur pulas karena kelelahan di dalam pelukannya.

Pelan-pelan aku membuka mataku saat terbangun dari tidurku yang sangat lelap, kulihat langit di luar jendela kamar hotel sudah berwarna kuning menandakan sudah menjelang sore. Artinya aku tertidur hampir 3 sampai 4 jam sejak tadi siang di mana saat yang masih kuingat dengan jelas adalah ketika kurasakan badanku merasa panas lalu dibopong oleh pak Yanto ke tempat tidur.

Aku tersenyum sendiri saat menyadari bahwa sekarang aku dan pak Yanto sedang tidur berpelukan dalam keadaan sama-sama bertelanjang bulat. Akhirnya pak Yanto mau juga mencumbuku, bukan hanya memeluk dan menciumku saja seperti beberapa hari terakhir ini. Saat aku coba bangkit untuk ke kamar mandi, aku kaget ketika merasakan ngilu pada vaginaku, bukan hanya di bagian luar tetapi juga sampai ke dalam-dalamnya. Kadang-kadang memang vaginaku sering ngilu sehabis petting dengan tunanganku, tetapi hanya bagian luarnya saja karena kami memang tidak sampai penetasi,
Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak, berapa jauh tadi aku dan pak Yanto bercumbu ?

Aku memang berharap bisa bercumbu dengan pak Yanto, tapi hanya sejauh melakukan petting seperti halnya aku dengan tunanganku. Aku masih takut dan merasa belum siap untuk melakukan hubungan badan dengan siapapun. Dalam kebingungan aku coba mencari pakaianku, tapi aku tidak menemukannya kecuali blazerku yang tergantung di kursi. Malah aku melihat ada handuk putih dari hotel yang bernoda merah-merah seperti darah.

Aku coba kembali melihat ke sekelilingku, kulihat ada noda-noda merah yang sudah mengering di sprei tempat tidur serta bercak-bercak cairan lainnya yang berwarna putih dan yang berwarna kekuningan, keduanya juga sudah mengering. Tapi kalau aku pegang, sprei dan kasur di bagian itu masih terasa lembab dan baunya seperti campuran bau kemaluanku ditambah air mani laki-laki. Akhirnya aku bisa memastikan bahwa aku dan pak Yanto sudah berhubungan badan, bukan hanya melakuan petting seperti yang tadinya kuharapkan.
Perlahan-lahan bagian demi bagian dari ingatanku mulai pulih, aku mulai bisa mengingat bagaimana awal proses terjadinya persetubuhan kami sampai aku bisa juga mengingat rasanya kenikmatan yang aku reguk bersama pak Yanto. Sepanjang ingatanku yang mulai pulih itu, tidak ada satupun paksaan yang dilakukan pak Yanto kepadaku, malah aku yang memancing pak Yanto melakukanya karena aku saat itu sangat menginginkannya.

Betulkah aku menginginkannya ?
Aku memang diam-diam menyimpan rasa kagum yang sangat besar kepada pak Yanto dan bisa dikatakan menyayanginya bukan sekedar sebagai bossku saja. Sehingga kebersamaan dengan beliau beberapa hari ini menjadi hari yang terindah bagiku karena bisa bersama-sama seperti sepasang kekasih. Bukan hanya berpengangan tangan saja, tapi dari tiga hari pertemuan kami sudah saling bertaut bibir, tapi walaupun begitu pak Yanto sama sekali tidak terlihat kesan ingin meniduriku. Selama kami berciumanpun, beliau tidak pernah meraba-raba atau meremas-remas bagian tubuhku yang lain selain memelukku saja.

Mengingat semua yang sudah terjadi aku mulai menangis karena merasa sangat sedih dan takut akan menghancurkan rencana hidupku sendiri ke depan. Aku menangis tersedu-sedu sambil meringkuk dengan badan telanjang bulat di ranjang sambil membelakangi pak Yanto yang masih tertidur.

"Riin, Rina … kenapa kamu sayang ?" Tiba-tiba kudengar suara pak Yanto bertanya dibelakangku, rupanya beliau terbangun karena mendengar tangisanku.

Aku merasakan tangannya mengelus-elus rambutku dan mengusap air mata yang membasahi pipiku, perhatian beliau membuatku semakin sedih sehingga tangisanku semakin menjadi-jadi. Akhirnya pak Yanto menarik tubuh telanjangku ke arahnya untuk kemudian dipeluknya dengan penuh kasih sayang. Kepalaku dibuatnya bersandar dengan nyaman di dadanya yang bidang sedangkan tubuhku dirapatkannya ke tubuhnya sehingga aku merasa lebih hangat dan nyaman. Tanganya dengan lembut mengelus-elus rambut dan punggungku sambil sesekali mengecup ubun-ubunku. Dalam kehangatan pelukan beliau, perlahan-lahan aku mulai bisa mengendalikan kesedihanku dan mencoba untuk berpikir lebih jernih tentang kejadian yang menimpaku ini.

Meskipun aku merasa sangat terpukul karena ternyata aku telah berhubungan badan dengan pak Yanto di luar kendaliku, tapi aku memang ingat melakukannya secara sukarela sehingga tidak bisa aku marah kepada beliau. Satu-satunya orang yang harus aku marahi adalah diriku sendiri yang telah membiarkan diriku berada dalam situasi yang memungkinkan semua ini terjadi. Sekarang yang harus aku lakukan adalah bagaimana caranya supaya kejadian hari ini tidak merusak rencana hidupku. Satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara tentang hal ini tentu saja hanya pak Yanto karena aku sendiri sama sekali tidak ingin ada orang lain yang tahu.

"Rina… saya minta maaf kalau sudah membuat kamu sedih dengan apa yang telah kita lakukan tadi" Bisik pak Yanto di telingaku.

"Rina juga salah Pa … Karena Rina yang memberi isyarat duluan ingin dicumbu oleh Bapa" Jawabku dengan masih terisak-isak.

"Rina udah merelakan kok keperawanan Rina diambil oleh Bapa …. Yang membuat Rina sedih adalah apakah hidup Rina ke depannya masih tetap akan sama sesuai dengan yang Rina rencanakan ?" Lanjutku.

Beliau kemudian bertanya apa saja yang dimaksud dengan rencanaku ke depan itu ? Aku bilang yang paling berhubungan langsung dengan kejadian hari ini adalah rencana perkawinanku dengan tunanganku tahun depan. Beliau kemudian bertanya bagaimana cara pacaran kami, dengan malu-malu aku katakan bahwa kami sudah melakukan semuanya kecuali penetrasi dengan frekuensi yang cukup sering. Tunanganku juga suka memperlihatkan video-video porno orang bersetubuh dengan berbagai posisi untuk memancing berahiku dan minatku untuk bersetubuh.

Dari situ beliau mengerti kenapa aku tadi begitu agresif padahal masih perawan dan menyarankan kepadaku untuk tetap tidak mengijinkan tunanganku melakukan penetrasi sampai menikah kelak. Beliau menyarankan hal ini karena orang yang sudah pernah berhubungan badan, cenderung lebih mudah di ajak berhubungan badan lagi saat gairah berahinya sedang meningkat karena sudah punya pengalaman bagaimana menuntaskannya. Di lain pihak beberapa laki-laki malah suka jadi curiga kalau asalnya menolak dengan gigih tiba-tiba menjadi mudah memberikan. Mengenai robeknya selaput daraku, beliau menawarkan untuk membiayai operasi atau membelikan implant selaput dara buatan (synthetic hymen) buatan jepang atau china.
Menurut pendapat beliau, rencanaku akan tetap bisa berjalan dengan syarat yang sederhana saja yaitu: jangan ada yang sampai tahu kejadian ini, khususnya tunanganku dan sikapku juga jangan sampai berubah terlalu drastis karena kejadian ini.

Obrolan dengan beliau serasa menjadi air dingin yang menyejukkan hatiku sehingga tiba-tiba rasa sedih, takut dan gelisah yang tadi dengan hebat melandaku seperti hilang tanpa bekas. Aku sekarang bisa melanjutkan ngobrol dengan bossku sama cerianya dengan sebelumnya , hanya perbedaannya adalah sekarang kami mengobrol di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dengan badan yang menempel satu sama lain. Begitu seringnya aku melakukan petting membuatku tidak canggung lagi telanjang bulat di depan bossku ini.

"Tapi kalau Rina lagi sangat pengen untuk begituan, bagaimana doong ?" Tanyaku manja.

"Ya tahan dong … jangan sampai jebol" Jawab pak Yanto sambil tertawa

"Iiiihhh … Bapa mulai ketauan mau buang badan dan ga bertanggung jawab !" Balasku dengan muka merengut manja.

"Ya udah … ini karyawan bukannya melayani boss, tapi malah minta dilayani bossnya sampe ke ranjang" Lanjutnya "Rina mau kasih isyarat apa kalo lagi pengen ? Soalnya kita hanya bisa melakukannya di jam Kantor karena setiap sore kamu dijemput tunangannya kan ?"

Akhirnya obrolan kami dilanjutkan dengan gurauan mengenai cara-cara memberi isyarat satu sama lain kalau masing-masing sedang ingin bersetubuh. Pak Yanto juga bilang bahwa dia sangat menyukai bentuk payudaraku dan bentuk daging vagina luarku (labia mayora) yang tebal sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk selalu melototinya setiap ada kesempatan. Sekarang beliau sangat senang karena bisa menikmati payudaraku dan vaginaku secara langsung, bukan hanya dilihat dari luar saja.

Obrolan tentang "rencana bersetubuh" ini membuat gairah kami mulai bangkit kembali sehingga obrolan kami berganti dengan berciuman sambil berpelukan. Aku harus akui bahwa teknik berciuman pak Yanto sangat mudah membangkitkan gairah wanita manapun termasuk aku. Hanya dengan berciuman beberapa menit saja, aku mulai merasakan kemaluanku mulai lembab dan putting susuku mengeras sebagai pertanda berahiku sudah datang kembali.

Kali ini aku coba memegang kendali dengan menindih pak Yanto terlebih dahulu sebelum beliau menyadarinya. Ciuman demi ciuman aku lakukan kepada beliau sambil menggesek-gesekkan kemaluanku dengan kemaluannya pak Yanto yang masih belum mengeras. Tiba-tiba pak Yanto mengangkat tubuhku sehingga wajahnya menjadi lebih dekat dengan dadaku.

"Aaaahhhhhh …." Aku hanya sanggup mendesah saat kedua payudaraku di remas-remas dengan kedua tanganya sedangkan putting susuku bergantian dihisapnya.

"Rina… kita enam-sembilanan yu ? Biar penis saya bisa cepat bangun …" Ajak pak Yanto kepadaku

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sambil tetap memberi isyarat tetap ingin berada di atas beliau. Tanpa menunggu tanggapan beliau aku kemudian memutar tubuhku dan menyodorkan kemaluanku sedekat mungkin dengan wajahnya. Dengan lahap aku mulai memasukkan penisnya yang masih lunak ke dalam mulutku. Layanan pertama adalah dengan menyedot-nyedot penis tersebut selama di dalam mulutku, setelah mulai mengerasa aku mulai mengocoknya dalam rongga mulutku.

Setelah mengeras, ternyata penis pak Yanto menjadi sangat lebar sehingga dalam sekejap rongga mulutku seperti dipenuhi oleh penis beliau sampai aku sempat terbatuk-batuk karenanya. Akhirnya aku harus bergantian menjilatinya dengan mengemutnya karena kalau diemut terus, aku hampir tidak bisa bernafas. Belum lagi karena "serangan" bossku di vaginaku dan serangan tambahan di seputar payudaraku yang memaksaku untuk sering menjerit-jerit nikmat karenanya.

Penis pak Yanto kurasakan sudah cukup keras dalam mulutku, demikian juga vaginaku sudah basah dan cukup merekah untuk mulai bersetubuh. Aku kembali memutar badanku sambil tetap memegang penis beliau dengan tangan kananku. Pelan-pelan aku turunkan selangkanganku ke arah penis dalam tanganku.

BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………..

"UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH ……..." Aku melenguh keras saat merasakan senti demi senti masuknya penis pak Yanto ke dalam liang senggamaku.

Setelah seluruh batang penis beliau masuk ke dalam liang senggamaku hingga ke pangkalnya, aku tidak langsung bergerak tapi mencoba menikmati penetrasi ini sambil belajar mengenali penis pak Yanto sebagai pengunjung pertama ke dalam rahimku. Lebarnya penis beliau membuatku harus mengangkangkan selangkanganku lebar-lebar agar proses masuknya tidak terjepit oleh otot vaginaku, aku juga merasakan seolah-olah liang senggamaku disumpal sampai sesak oleh segumpal daging hangat.

"Ohhhh …hmmmmmm…..ohhhhh….ohhhh….hmmmmm" Aku menggeliat nikmat merasakan kehangatan penis pak Yanto di dalam organ paling pribadiku itu.

Setelah aku anggap cukup menikmati penis beliau dalam keadaan diam, aku mulai menggerakkan selangkanganku naik dan turun dengan perlahan sehingga seluruh dinding liangku bergesekan dengan kulit batang dan kepala penisnya dari atas ke bawah.

"Aduuuhhhhh… ahhh……ohhhhh…ooohhhhh" Aku sangat menikmati gesekan batang penis beliau dengan dinding liang senggamaku dalam gerakan perlahan ini.

Penis pak Yanto dipenuhi oleh urat-urat pembuluh darah yang menonjol dan keras saat berereksi, bentuk urat ini mirip akar pohon beringin yang menjalar ke mana-mana mengelilingi seluruh batang penis seperti ulir. Gesekan batang penis berulir ini menghasilkan sensasi nikmat yang tidak bisa diperkirakan karena adanya tekanan yang berbeda-beda.

Semakin lama semakin kupercepat gerakan naik dan turunku sampai sekuat yang aku mampu.

"Heehhhh….heehhh….Ohhhhh….. heehhhh…ohhhhh….heehhhh…Oohhhh…ohhhh…Hehhhh…" Dengusan nafasku yang memburu karena gerakan naik turunku terdengar bersusulan dengan erangan-erangan nikmatku yang tak kalah kerasnya.

Payudaraku yang cukup besar menjadi bergoyang-goyang dengan kencang disebabkan oleh guncangan dari aktivitas naik-turunku. Pak Yanto kemudian membantuku dengan menahan payudaraku agar tidak terlalu bergoyang dengan ditambahnya sedikit remasan-remasan.

"Heehhh…hehhh…hehh…Ohhhh…ohhhh..hehhh…Ohhhh.ohhhh …ohhh…hehhh...hehhhh…" Aku menjadi semakin bersemangat.

Keringatku mulai bercucuran dan pelan-pelan tenagaku mulai terkuras oleh aktivitasku sendiri tetapi rasa cape segera tergantikan dengan kenikmatan yang begitu besarnya. Secara bertahap aku mulai mengurangi kecepatan naik-turunku dan mengantikannya dengan gerakan naik yang perlahan yang dilanjutkan dengan bantingan turunnya selangkanganku yang cepat sehingga aku seperti menancapkan pasak ke jantungku sendiri. Sesampainya di bawah, pinggulku tidak segera aku naikkan lagi tetapi melakukan gerakan-gerakan berputar yang mengakibatkan kepala penis pak Yanto seolah-olah ingin melobangi rahimku.

"Ooooohhhhhhhh……….Paaaaaa……Enak sekali……..Oohhhhhhh…Ooooooooooooohhhhh" Pilihan gerakan ini membuatku melolong-lolong dengan keras saking nikmatnya.

Pak Yanto kembali membantuku dengan mengangkat pinggulnya saat aku menurunkan selangkanganku atau memutar pinggulnya berlawanan dengan arah putaran pinggulku yang melipat gandakan kenikmatanku.

Gelombang orgasmeku akhirnya datang dengan bergulung-gulung tak tertahankan lagi membuatku sama sekali tidak mampu bergerak.

"OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHH…..RINAAAA….UDAAAHH DAPET…OOOOHHHHHH" Aku hanya bisa melolong lagi dalam kenikmatan.

Kedua kakiku mulai menjadi gemetar dengan kerasnya sehingga tidak mampu lagi menahan berat tubuhku sendiri yang sedang berjongkok mengankangi selangkangan pak Yanto. Akhirnya badanku rubuh menindih beliau yang langsung menghujaniku dengan ciuman-ciuman mesranya dan pelukan yang hangat.

"Aduuuhh bapaa… enak sekali….tapi capenya itu minta ampun.." Kataku manja

"Makanya jangan sering-sering main di atas sayang…" Balas pak Yanto sambil menyeka keringat yang bercucuran di keningku.
Beliau lalu bilang bahwa dia belum dapet orgasmenya atau ejakulasi, tapi dia akan menunggu sampai aku sudah pulih staminanya. Sambil menunggu "babak kedua", pak Yanto lalu bangkit dari posisi berbaringnya menjadi posisi duduk sedangkan aku tetap berada dipangkuannya tanpa memisahkan penis dari vaginaku. Dengan demikian sekarang posisi kami menjadi saling berhadapan satu dengan lainnya.

Dalam posisi yang baru kami kembali berciuman dan berpelukan, bukan hanya bibirku saja yang di sasar tapi juga kuping, leher dan putting susuku. Aku terpaksa menggeliat-geliat nikmat dalam pangkuannya karena merasa geli dengan "aneka serangan" yang dilakukan oleh beliau.

"Ouchhhhh… shhhh….geli bapaaa…ohhhh…mmppphhhhhh…ohhhhh….ahhhhhh…shhhhh" Aku benar-benar sangat menikmati cumbuan beliau saat itu.

Ciuman, belaian, remasan dan pelukan yang kami lakukan akhirnya mulai menaikkan kembali gairah dan staminaku.

"Ohhhh…Rina sudah ga tahan paaa….setubuhi lagi Rina ….paa…ohhhh……" Aku merintih-rintih meminta segera disetubuhi lagi.

Pak Yanto kemudian mengajakku untuk mencoba doggy style, aku dimintanya untuk berbalik dan menungging ke arahnya. Dengan dibantu pak Yanto aku mencoba bangkit dari pangkuannya.

"Ahhhhhh….." Desahku saat penis beliau terserabut dari liang senggamaku dan aku lihat penisnya masih berdiri dengan kerasnya.

Aku segera berbalik dan merangkak membelakangi pak Yanto yang sekarang dalam posisi berlutut sambil mengocok-ngocok penisnya. Beliau kemudian meraih pinggulku agar lebih dekat dengan badannya dan mengarahkan penisnya langsung ke dalam liang senggamaku yang sudah merekah ranum.

BLESSSSSSSSSSSSSSS……………

"UHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……Bapaaaaa….." Aku mengerang nikmat

Kurasakan penis pak Yanto mulai bergerak maju mundur di dalam liang senggamaku, beliau tidak hanya menggerakkan pinggulnya untuk memompakan penisnya tetapi juga menarik dan mendorong badanku yang melalui pinggulku yang dipegangnya. Akibatnya badanku ikut bergerak maju-mundur juga dan payudaraku menjadi berayun-ayun seperti buah pepaya yang akan jatuh dari pohonnya.

"Enaaaak paaaa…. Aduhhhhhh…..enak…..ohhhhhhhh"

PLEK…PLEK….PLEKKK…PLEK… kudengar bunyi pantatku yang beradu dengan kulit paha dan selangkangan pak Yanto.

"Ohhhhh…Ohhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..paaaa….bapaaaa…ohhhh…"

Kedua pangkal pahaku mulai basah oleh cairan yang keluar dari vaginaku dan pelan-pelan mulai mengalir ke bawah. Tangan dan kakiku mulai tidak kuat menyangga tubuhku dari tekanan pompaan penisnya, sehingga akhirnya aku terjerembab ke depan menjadi setengah tengkurap. Pak Yanto sepertinya tidak peduli, beliau hanya menarik sedikit pantatku agar posisinya sedikit nungging ke atas dan terus memompakan penisnya tanpa henti.

"Bapaaa ….ampunnn….ohhhh…ohhhh…ohhhh…." Aku merintih nikmat dan mulai kewalahan dengan gencarnya pompaan penis pak Yanto.

"Euhhh…. Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh…"

Pompaan penis pak Yanto mulai tidak teratur, sedangkan penisnya mulai terasa berdenyut,mungkin sebentar lagi beliau akan ejakulasi.

"BAPAAAAAA…. OHHHHH….. PAAAAAA… ARKKKHHHHHHHH…RINAA..D..DAPET DULUAAAAN….HHHHH" Denyutan penis pak Yanto justru membuat aku mendapatkan orgasmeku duluan.

"Rina …s..ss..sa…saya juga …akan .. keluarr….AHHHHHH…." Beliau juga berejakulasi pada saat bersamaan dengan orgasmeku.

SRROOOOT ….SROOOOOT ….. SROOOOT…srot…srrrt…srtt
Serentetan semburan air mani kurasakan membasahi rahimku, meresap ke dalam tubuhku meninggalkan kenikmatan tak terhingga. Saat aku sedang melayang-layang, pak Yanto mencabut penisnya dan membalik tubuhku sampai terlentang lalu memasukkan kembali penisnya ke dalam liang senggamaku.

Belakangan aku tahu bahwa pak Yanto sangat menyukai romantic chit-chat after coitus, yaitu obrolan romantis sehabis bersetubuh dengan kondisi penis yang belum dicabut. Aku juga akhirnya bisa ikut menikmatinya dan hal inilah yang selalu membuatku kangen kepada beliau untuk mengajaknya bersetubuh lagi walaupun aku sudah menikah.

Kami kemudian berpelukan dan berciuman dengan berlumur keringat masing-masing. Pak Yanto menanyakan jadwal menstruasiku dan seberapa teratur jaraknya. Aku bilang bahwa minggu depan paling telat hari kamis adalah jadwal menstruasiku yang biasanya berjarak 28 – 30 hari dari yang satu ke berikutnya. Beliau terlihat lega mendengar jawabanku, sehingga aku dengan keheranan bertanya balik kenapa beliau seperti itu. Sambil tersenyum beliau menjelaskan bahwa dia tidak perlu memberikan aku pil anti hamil karena aku sedang tidak subur walaupun berkali-kali disirami benihnya di rahimku.
Beliau juga mengajak aku untuk menginap dengannya sampai akhir hari minggu atau tiga malam lagi padahal tugasku hanya tinggal satu malam saja. Tentu saja aku dengan antusias menerimanya, walaupun aku harus memikirkan alasan yang aku pakai kepada tunanganku yang tentunya harus puasa petting denganku seminggu penuh.

Malam itu juga aku diminta check-out dari dan pindah ke hotel beliau, beliau juga mengajakku belanja baju-baju baru karena akan ada 3 hari 2 malam tambahan. Beliau juga memilihkan aku lingerie yang bisa menonjolkan payudaraku dan gundukan daging vaginaku.

Saat mengantarku untuk chek-out dan mengambil barang-barangku yang ada di hotel, beliau mengajakku bersetubuh lagi di kamar hotelku. Tapi aku dengan halus menolaknya karena vaginaku benar-benar masih ngilu oleh dua kali persetubuhan siang dan sore tadi. Aku menawarkan oral seks sebagai gantinya dan beliau menyetujuinya dengan syarat aku harus menelan seluruh air mani beliau.
Malam-malam berikutnya merupakan hari yang penuh kenikmatan dan keringat, setiap persetubuhan dengan beliau merupakan petualangan baru untukku. Pak Yanto benar-benar sangat pandai menaklukan wanita tepat di hatinya, terlepas dari kenyataan bahwa beliau menyelingkuhi istrinya. Walaupun beliau tidak pernah mau membicarakan tentang komitmen hubungan yang lebih serius, tapi aku dan mungkin juga wanita-wanita pak Yanto lainnya tidak berani menuntut lebih karena justru takut kehilangan beliau.

Hubunganku dengan pak Yanto terus berlanjut waktu kembali ke kantor dan aku diberi tahu bahwa aku bukan satu-satunya karyawan yang beliau tiduri. "Jatahku" kebanyakan adalah di jam kantor bergiliran dengan sekretaris beliau, sedangkan sex after office hour merupakan "jatah" Manajer dan General Manajer yang juga atasanku. Walaupun diperlakukan demikian, entah kenapa kami bisa menerimanya , mungkin karena kami tetap bisa meneruskan sisi kehidupan kami yang lainnya dengan lebih tenang.

Setelah menikah, aku berniat meminta jatah untuk di hamili beliau seperti yang juga diminta oleh teman-teman wanitanya yang lain yang sudah punya suami. Aku mengetahui hal ini karena tanpa sengaja pernah melihat album pribadi beliau di laptopnya yang berisi folder yang diberi nama karyawan-karyawan wanitanya termasuk aku dan beberapa wanita lain yang tidak aku kenal. Folder itu berisi foto-foto momen pribadi pak Yanto masing-masing orang tapi khusus pada folder karyawan wanita yang sudah menikah juga berisi foto-foto anaknya yang diperoleh setelah jadi karyawan di kantorku.
Tapi rupanya aku tak perlu menunggu lama-lama, benih yang beliau sebar di rahimku pada waktu "latihan malam pertama" ada yang berhasil membuahi telurku. Hal ini mungkin terjadi karena hari-hari kami melakukan latihan justru pada saat periode suburku, sedangkan suamiku menyetubuhiku justru pada masa tidak suburku. Bahkan aku sudah tidak sempat mengalami menstruasi lagi setelah menikah dan dinyatakan hamil satu bulan setelah hari pernikahan kami dengan benih dari bossku sendiri.

TAMAT

Memenuhi KeButuhan Seks Majikanku Yang Luar Biasa

Posted: 09 Jan 2012 04:14 AM PST

Memenuhi KeButuhan Seks Majikanku Yang Luar Biasa - Kisah ini bermula ketika keluargaku baru saja ditinggal pergi oleh kedua orangtua kami, yang meninggal dalam musibah kecelakaan angkutan umum di daerah kami, sebuah kota sejuk di dekat Jakarta. Sebagai anak tertua, maka aku yang selama ini hanya kuliah tanpa harus memikirkan sumber biayanya, terpaksa harus menggantikan tugas orang tuaku mencari nafkah untuk menghidupi adik-adikku dan melanjutkan kuliahku. Aku tidak ingin cita-cita kedua mendiang orang tuaku untuk memiliki anak yang berhasil menjadi sarjana, menjadi gagal. Akan tetapi ternyata tidak mudah juga untuk mencari nafkah di kota ku ini.

Pada suatu malam, yakni Minggu malam, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di perusahaan itu. Spontan aku menyetujuinya dan berterimakasih atas tawaran itu.

Memenuhi KeButuhan Seks Majikanku Yang Luar Biasa - Esoknya kami berangkat ke rumah Boss-nya Pak RT ku. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, spontan aku dan pak RT berdiri memberi salam " selamat pagi". Pak RT dipersilakan kembali bekerja oleh wanita itu, dan diruangan yg megah itu hanya ada aku dan si wanita itu.

" Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? " tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya.

" Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya " Jawabku.

" jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu, Ibu Maya " Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju.

" Kamu sudah pernah bekerja jadi sopir pribadi sebelumnya ?"

" Tidak nyonya eh...Bu ?!" jawabku. " Saya tadinya masih kuliah, tapi saya pernah menjadi supir angkot tidak tetap selama satu tahun" sambungku. Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi salah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas sampai ke bawah.

" kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?" tanyanya.

" Saya butuh uang untuk menghidupi keluarga saya, Bu " jawabku.

" Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi harus ready setiap saat. gimana, okey ? "

" Saya siap Bu." Jawabku.

" Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap ? "

" Saya siap Bu" Jawabku.

" Oh..ya, siapa namamu ? " Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman.

" Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman " Jawabku.

" Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? " Tanyanya seperti bercanda.

" Tidak Bu " Jawabku.

" Leman itu artinya Lelaki Idaman " jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan sesantai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanikan diri untuk bertanya pada beliau.

" Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? "

" O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah…khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang bersifat maya, ngerti khan ? " Jawabnya serius.

Memenuhi KeButuhan Seks Majikanku Yang Luar Biasa - Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar. Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya tidak terlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti gitar Spanyol. Yang lebih gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya……, wah...wah...puyeng aku melihatnya.

Di rumah sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira - anak kedua yang masih sekolah kelas II SMU, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP. Putri pertamanya saat ini sekolah mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, seksinya juga luar biasa, janda pula!

Ibu Maya memberi gaji bulanan yang besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Selama satu tahun aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan gajiku. Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pokok bulananku saja lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahku. Aku meneruskan mengambil kuliah di petang hingga malam hari di sebuah Universitas Swasta. Dengan satu bulan gaji saja, aku bisa membayar biaya kuliah empat semester, edan tenan, sekaligus enak tenan....!!! dasar rezeki, tak akan kemana larinya.

Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, seringkali Bu Maya minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh...lama lama biasa.

Di suatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta diantar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika kendaraan kami tengah berjalan di jalan raya yang tidak terlalu ramai, tiba-tiba Ibu Maya menyuruh berhenti sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.

" Man,?, kamu sudah punya pacar ? " Tanyanya.

" Belum Bu " Jawabku singkat.

" Sama sekali belum pernah pacaran ?"

" Belum BU, eh...kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP"

" Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?" tanyanya lagi.

Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam.

" Saya belum pernah pacaran serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba" Jawabku.

" Bagus...bagus...kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur " ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya? ach....gak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung seprti aku ini? Setelah itu kami melanjutkan perjalanan bahkan sampai jalan-jalan di kota Sukabumi. Aku heran, Bu Maya kok tumben-tumbenan menyuruhku hanya untuk mengantarnya putar-putar kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya masih memakai pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga, tanpa berganti pakaian seperti biasanya setelah selesai fitness. Setelah sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami meneruskan perjalanan untuk kembali ke kota kami. Ditengah perjalanan di jalan yang agak sepi dan gelap, Bu Maya minta untuk berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap.

Dit engah kebun itu Bu Maya minta aku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu Maya menarik lenganku.

" Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?" pintanya.

Aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga....setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ke atas. Wow...!! samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata " Cium Man Cium...isaplah, mainkan sayang ...?" Pintanya.

Baru aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dan seksi seperti Bu Maya.

Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya terengah-engah tak karuan, menandakan nafsu birahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga ke bawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak bugil. Tampak samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu.

" Jilat Man…… jilatlah…… aku nafsu sekali…… jilat sayang " Pinta Bu Maya agar aku menjilati m*m*knya. Oh....m*m*k itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. M*m*k Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di rumah makan tadi dia sempat membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayan lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Mungkin disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan di atas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya.

" Ayo Man, lakukan…… hanya ada kita berdua disini…… jangan sia-siakan kesempatan ini Man…… aku sayang kamu Man " katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya kejantananku dan dimasukkan ke dalam m*m*knya yang hangat. Kami bersetubuh di tengah kebun gelap itu dalam suasana malam yg remang-remang oleh sinar bulan di langit. Aku menggenjot m*m*k Bu Maya sekuat mungkin.

" jangan keluar duluan ya, Man…? saya belum puas " Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang m*m*k Bu Maya. Nikmat sekali m*m*k ini, pikirku. Kemudian Bu Maya minta pindah posisi, dia di atas...bukan main permainannya, goyangannya.

" Remas tetekku Man, remaslah....yang kencang ya ?" Pintanya. Aku meremasnya.

" Cium bibirku Man..cium…! " Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan.

" Sekarang isap tetekku, teruskan...terus.....Oh....Ohhhh.....Man...Leman...Ohhh...aku keluar Man....aku kalah" Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit.

" kamu curang....aku kalah" ujarnya. " Sekarang giliran kamu Man....keluarkan sebanyak mungkin ya? " pintanya.

" Saya sudah hampir keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti " Jawabku.

" Oh Ya?...gila..kuat amat kamu ?!" balas Bu Maya sambil mencubit pipiku.

" Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?" tanyaku.

" Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Kapan-kapan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah... terserah kemana kamu mau ya Man?"

Setelah puas bermain cinta dan menuntaskan nafsu birahi Bu Maya, kami segera membersihkan alat vital masing-masing dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jerigen di bagasi mobil.

Kami beristirahat sejenak. Bu Maya sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, penisku tegang lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu Maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku ke sela-sela tetek besar itu, lalu di goyang-goyangkannya teteknya seperti gerakan mengocok.

" Gimana Man ? enak enggak ? " ajuknya manja,sambil mengerlingkan matanya menatap wajahku.

" Enak Bu…… awas lho nanti muncrat Bu" jawabku..

" Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!" .

Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu Maya naik ke atas tubuhku dan seperti menduduki penisku, lobang m*m*knya dimasuki penisku. Digoyang terus...hingga aku merasakan nikmat yang luar biasa.

Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :" Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal ketagihan " Aku membisu saja. dan ternya Ohh....m*m*k Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang penisku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh....nikmat sekali…… mungkin ini yg namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang olah seksual.

" Enak sayang... ehmm... ?" tanyanya. Belum sempat aku menjawab…… yaah....aku keluar, air maniku berhamburan tumpah di dalam liang kemaluan Bu Maya.

" Ehnggghhh... Itu yang namanya empot-empot Man... itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses latihan senam sex selama ini " Katanya bangga. " Sekarang kamu puasin aku ya ? " Kata Bu Maya seraya mengambil posisi nungging. Tanpa basa-basi kutancapkan lagi kejantananku yang masih ereksi kedalam m*m*k Bu Maya, Ku genjot terus dengan cepat dan penuh tenaga.

" Yang dalam Man...yang dalam ya..teruskan sayang...? oh....enak sekali penismu.....oh....terus sayang ?!" Pinta Bu Maya. Aku masih bisa memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang m*m*knya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya kembali orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. " kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? "

" Tidak bu, refleks saja" Jawabku.

Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat minta satu ronde permainan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payah kami melakukannya, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari mobil dan mengambil posisi berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil mengangkat sedikit kaki kanannya.

Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian ke luar kota. Kami bercinta di tengah hamparan perkebunan teh di Puncak, di dalam dangau di tengah sawah milik keluarga Bu Maya yang luas (kami lakukan di siang hari bolong !!! di saat para pekerjanya pulang untuk istirahat makan siang) bahkan sampai ke Pulau Seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya kami mencari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku memintanya. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu bersamanya. Tentu saja dengan senang hati aku memenuhinya, sungguh aku merasa beruntung dapat menikmati tubuh indah dan sexy milik Bu Maya yang cantik itu, yang selalu dengan penuh gairah membara menghangatkan hari-hariku dengan permainan cintanya serta fantasi sex-nya yang luar biasa...

Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru

Posted: 09 Jan 2012 03:43 AM PST

Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru – Cerita Panas Pemerkosaan – memang di internet dari dulu banyak sekali yang mencari cerita dewasa sebagai bhan bacaan yang sangat menyenangkan sekali, maklum sebuah cerita yang membuat adernalin kita naik itu sangat mengasyikkan lho.

Cerita seks Benar-benar menjadi sesuatu yang terus di cari sepanjang masa, dari dulu sampai sekarang semua suka dengan bacaan cerita panas, kali ini kami akan memberikan refrensi sebuah cerita dewasa pemerkosaan terbaru yang kami ambil dari artikel yang ada di google, silahkan di simak di bawah ini :



perkenalkan gw Ranis Widyaningrum, umur gw 18 tahun dan tinggal bersama kakek gw . gw seorang baby sitter. Cerita Dewasa Pemerkosaan ini terjadi pada gw setahun yang lalu ketika selesai sekolah, ketika itu umur gw masih 17 tahun. pada suatu hari teman gw menawarkan pekerjaan dan akan membayar gw dengan mahal dan gwpun menerimanya tawaran pekerjaan itu.






Tugas pertama gw berada di tempat yang tidak terlalu baik, gw terkejut bahwa seseorang dari daerah yang berbahaya, namun tetap ingin menjadi baby sistter karena gw butuh duit saat itu. Hanya saja hari aku harus pergi dengan rok yang sangat pendek dan tidak mengenakan BH, gw turun kejalan dan semua orang menatapku dengan penuh nafsu, gw mempercepat kecepatan dan akhirnya pulang. dan tiba disebuah rumah yang indah dengan halaman penuh bunga dan seekor anjing pitbull diikat di samping pohon, sangat kontras dengan rumah-rumah lainnya.


Majikan gw mengatakan kepada gw bahwa akan ada acara reuni dan istrinya sedang mandi. akupun diajak pergi ke ruangan dan melihat sekitar 14 atau 15 orang, tampak seperti reuni, aku tidak mempertanyakan dan aku duduk di kursi di depan mereka. Semua menyaksikan kaki dan leher tapi aku tidak peduli karena aku lelah, melihat ke sekeliling, gambar, foto, namun tidak ada tanda-tanda anak-anak, hanya lukisan wanita telanjang dan lukisan pemandangan alam yang bagus. pemilik rumah mengajak gw minum, Orang-orang mengikuti gw dan menonton dan aku khawatir dan mengatakan bahwa dia harus pergi ke kamar mandi, gw jadi pergi dan melihat semua kamar dan tidak ada anak atau suara, hanya kamar kosong dengan kasur. Ketika gw meninggalkan orang itu mengatakan datang untuk mengetahui kamar anak-anak dan ada bahkan mulai, gw mengatakan kepadanya di mana mereka dan dia bilang sini pintu depan dan membuka semua orang keluar ruangan tertawa dan mengatakan bahwa? Dimana? dan dia bilang kami akan mengurus yang jalang dan mulai turun celana mereka dan gw bilang maaf ini adalah lelucon yang lewat aku pergi dari sini,? ok? dan kemudian menutup pintu dan melemparkan gw ke tempat tidur dan mengancam akan berteriak dan mulai melecehkan gw dalam empat atau lima aku tertangkap aku tidak menjerit dan membuka kaki gw dan memegang tangan dan leher. Ia akan diperkosa.


Orang yang adalah pemimpin, atau pemilik rumah, tidak membuang waktu, aku menarik celana dan merambah gw keras, aku hanya bisa menangis dan berkabung karena aku telah menutup mulutnya lalu lain datang dan merambah dari belakang dan akhirnya yang terbuat aku menghisapnya sampai mati 5 lainnya atau 7 yang telah membelai dan melakukan masturbasi gw menunggu giliran. Aku tidak bisa mengikuti, orang-orang ini memiliki anggota tampak anjing besar dan fanatik sakit dan alami. Dalam serangan ini setelah begitu banyak ejakulasi setuju untuk melakukannya pada waktu yang sama dan lebih dari mereka dan melakukannya lagi. Jadi mereka bergantian di kalangan sementara mereka meraih lima orang lainnya 3 aku diperkosa. Pada satu titik mereka membebaskan gw tanpa khawatir karena sudah mati dan shock, jadi kita akan pernah sekitar 4 atau 5 jam lurus karena aku bisa melihat melalui jendela saat sudah sore hari dan orang-orang ini tidak berhenti penetrasi gw , dibuat gw yang mengisap dan ejakulasi dalam diri gw , memukul gw , mereka tertawa, meludahi gw , menghina gw , menjilati kaki gw bahkan dengan sepatu sandal-jenis yang gw biaya begitu banyak dan yang pecah, aku menggigit tangan gw , payudara gw menggaruk punggungnya, membuat gw melihat diriku di cermin dan hantu muncul bernoda dan dipermalukan oleh kuda hitam dengan penis dan Anda bisa melihat bahwa dia tidak punya hubungan dalam waktu yang lama.


Apakah ejakulasi dari kepala hingga kaki, punya orgasme spontan bahkan mengerang seolah-olah dia menikmatinya dan hanya mendorong lebih, mereka menempatkan perangkat, aku merobek gaunku yang gw biaya banyak. Pada malam itu dan 7 akan datang sekaligus, adalah polisi, tetangga rupanya mendengar dari sisi lain dinding (di bagian rumah yang terlampir) dan menelepon polisi. Mereka ditangkap. Polisi masuk dan salah satu dari mereka bergumam fuck, modal, lihat ini dan gw terlempar dan tali shock emosional tapi masih sadar. Aku pingsan ketika gw melihat mereka. Mereka sekarang dipenjarakan selama sepuluh tahun dan perusahaan memberi gw beasiswa untuk studi gw . tidak ada kasus terhadap mereka dan gw pergi ke psikolog. Kakek dan nenek gw yang baik dan membantu gw begitulah cerita pemerkosaan dewasa yang gw alami sendiri sunguh tragis memang tapi nasi sudah jadi bubur semua telah terjadi gw pasrah saja menjalani idup ini!


sumber : ceritadewasangentot.com


Di atas adalah cerita dewasa perkosaan terbaru yang telah kami emukan, jujur saja cerita dewasa itu memang saya ambil dari blog tetangga, semoga bisa bermanfaat bagi anda.

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer

Template Ini Di buat oleh Blog Informasi dan Berita Unik Terbaru ( Fahmi Setiawan ) yang didukung oleh Blogger